DAIRI | radarsumut:
Kerajinan coiling atau olahan bambu merupakan produk yang bagus untuk dikembangkan masyarakat Dairi, terkhusus bagi pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) karena bambu yang tumbuh di Dairi memiliki kualitas yang cocok untuk dijadikan sebagai kerajinan coiling.
"Kerajinan coiling merupakan salah satu produk olahan bambu yang memiliki nilai estetika sehingga banyak diminati konsumen dari dalam maupun luar negeri. Proses pengerjaan coiling sendiri cukup mudah, hanya memerlukan ketelatenan. Kesulitannya hanya pada membelah atau mengirat saja,” ujar Rahma Yanti Canigao, pegiat kerajinan coliling, Senin (24/7/2023).
Rahma menyampaikan, harga jual kerajinan coiling disesuaikan dengan tingkat kerumitan pembuatan produknya sendiri.
“Misalnya kerajinan coiling untuk tatakan lampu, kami menjual dengan harga sekitar 400-500 ribu per unitnya. Jika dibandingkan dengan produk dan kualitas yang sama dari Bali atau Jawa, harganya bisa mencapai 1,5 juta per unitnya. Jadi dari segi harga pun kita lebih unggul,” ujarnya.
Selain pangsa pasar yang menjanjikan, kata Rahma, alasan lain menekuni kerajinan coiling adalah ingin menjadikan Dairi sebagai salah satu pemasok utama Coiling di Sumatera dan Indonesia.
“Di Sumatera Utara, hanya terdapat empat daerah yang merupakan pemasok coiling, yaitu Tanah Karo, Binjai, Labuhan Batu, dan baru-baru ini ada Dairi. Mengingat permintaannya yang cenderung meningkat, maka kami ingin Dairi mampu menjadi pemasok coiling seperti daerah-daerah lainnya,” katanya.
Jika diperhatikan, kata Rahma, coiling yang dihasilkan Dairi dan Sumatera Utara lebih estetik jika dibandingkan dengan daerah lainnya. Pengrajin coiling Sumut juga sudah sepakat bahwa serat bambu pada coilingnya harus terlihat sehingga bisa menjadi ciri khas coiling Sumut.
“Ketika kami sharing dengan teman-teman pengrajin coiling dari Jawa dan Bali, mereka juga tertarik dengan coiling Sumut yang memperlihatkan motif dari serat bambunya. Jika sudah memiliki keunggulan seperti itu, maka tidak salah jika menjadikan kerajinan coiling sebagai salah satu ikonnya Dairi dan mudah-mudahan bisa menambah penghasilan masyarakat Dairi,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Nimrot Sinaga, yang juga merupakan pegiat coiling bambu dari Kelurahan Sidiangkat turut menyampaikan alasan ketertartarikannya dengan usaha coiling tersebut.
"Saat mengikuti pelatihan dan mendengar salah seorang mentor kami bercerita tentang prospek pendapatan dari bambu, kami langsung tertarik. Pada saat itu masih pelatihan anyaman saja, kemudian kami bergiat dan berlatih hingga akhrinya kami dipanggil untuk mengikuti pelatihan coiling bambu,” ujar Nimrot, Dari segi harga, kata Nimrot, harga yang dipasang pengusaha coiling Dairi lebih murah sehingga dapat menjadi keunggulan.
“Harganya lebih murah dan kualitas sama, maka kemungkinan konsumen lebih memilih produk yang kami jual. Produknya juga lebih estetik karena menampilkan motif serat bambu, jadi saya semakin tertarik untuk mengembangkan usaha ini sehingga dapat menambah penghasilan keluarga,” katanya. Lebih lanjut, Nimrot juga menceritakan kendala yang mereka hadapi dan harapan mereka dalam mengusahakan kerajinan coiling.
“Permintaannya cukup tinggi, ada beberapa daerah yang meminta kami untuk menjadi pemasok bagi mereka dan mengajak kerja sama untuk memenuhi permintaan pasar. Karena kami hanya tiga orang, kami belum mampu untuk menyanggupinya. Semoga melalui ini, semakin banyak masyarakat Dairi yang berminat menekuni kerajinan ini sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar,”pungkasnya. (Sdk/Gib)