Literasi budaya pada anak usia dini. |
Sumber: Esti Kurniawati Mahardika dan Gunawan Wiradharma, Universitas Terbuka & Alumni AR Learning Center
Literasi budaya pada anak usia dini adalah salah satu aspek penting dalam pengembangan holistik anak. Melalui literasi budaya, anak-anak tidak hanya diajak untuk memahami warisan budaya mereka sendiri, tetapi juga untuk menghargai dan memahami beragam budaya di sekitar mereka. Pendidikan literasi budaya memberikan pondasi kuat bagi pemahaman multikultural, kemampuan berempati, dan pemikiran kritis.
Artikel ini akan menjelaskan mengapa literasi budaya penting bagi anak usia dini dan bagaimana kita dapat mengembangkannya.
Alasan Mengapa Literasi Budaya pada Anak Usia Dini Penting?
1 | Menghargai Perbedaan
Memahami mengenai keragaman yang ada membuat anak tahu bahwa di dunia ini banyak ragam budaya bisa dipelajari. Mereka akan tahu bahwa budaya, tradisi, dan bahasa di belahan dunia berbeda. Dengan begitu, anak-anak bisa menghargai dan menghormati perbedaan sejak dini.
2 | Pengembangan Identitas
Dengan mempelajari literasi budaya sejak dini, anak-anak akan tahu mengenai leluhur mereka dan identitas mereka sejak dini. Dengan begitu, anak-anak bisa membangun identitas diri lebih kuat dan positif.
3 | Pemikiran Kritis
Berpikir kritis pun bisa dilatih sejak dini dari belajar mengenai budaya. Literasi budaya berisikan nilai-nilai budaya, cerita, sejarah dan aturan berlaku sehingga, pemikiran anak akan lebih berkembang dan hal ini merangsang pemikiran kritis.
4 | Kemampuan Bahasa dan Komunikasi
Kunci dari komunikasi adalah memahami dan mengetahui. Dengan memahami dan memahami literasi budaya, anak-anak akan tahu banyak kosakata berbeda sehingga memberikan efek untuk komunikasi yang baik. Mengetahui banyak bahasa dan budaya akan membantu anak-anak lebih cerdas dalam berkomunikasi.
Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menanamkan literasi budaya pada AUD.
Hal yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan literasi budaya untuk anak usia dini adalah dengan membaca cerita atau dongeng nusantara ataupun dongeng mancanegara. Dengan pendekatan cerita maupun dongeng, anak akan lebih tertarik dan hal itu menumbuhkan minat mereka mengenai dunia literasi.
Selain membaca, mengajak anak ke museum dan mempelajari sejarah yang ada pun bisa menumbuhkan minat mereka mengenai literasi budaya. Dengan begitu, anak-anak bisa melihat secara langsung, tidak hanya lewat cerita di buku saja.
Diskusi terbuka dengan anak pun bisa dilakukan untuk meningkatkan keinginan mereka dalam dunia literasi. Dengan mengajak mereka berdiskusi, anak-anak akan lebih penasaran, sebagai tandanya mereka akan sering bertanya.
Mengenalkan mereka pada berbagai bahasa yang ada pun perlu dilakukan, seperti memberikan buku cerita dengan bahasa asing. Mendengarkan lagu luar atau bukan bahasa sehari-hari mereka.
Dengan begitu mereka akan terbiasa mendengarkan bahasa asing.
Menggunakan gim edukatif. Gim biasanya kerap dianggap dampak negatif pada anak, tetapi tidak semuanya gim memiliki dampak buruk bagi anak. Gim memiliki peran dan pengaruh positif untuk anak usia dini, seperti bimbingan cara menyelesaikan permasalahan dan kognitifnya serta melatih kepandaian spasial dan saraf motorik. Gim dapat membantu pengetahuan anak usia dini (AUD) untuk proses belajar yang menyenangkan. Cara yang dapat dilakukan adalah menggunakan gim untuk pengenalan produk budaya Indonesia.
Literasi budaya untuk anak usia dini bisa menjadi bekal mereka dalam kehidupan dewasa kelak. Hal tersebut membantu mereka berpikir logis dan kritis, serta menumbuhkan empati dan perbedaan yang ada di kehidupan. (*)